Selasa, 17 Oktober 2017

Makalah PMDI (Sayyid Ahmad Khan)



PENDAHULUAN
Perhatian Sayyid Ahmad Khan terhadap pendidikan umat Islam memang besar, tetapi pengaruhnya tidak terbatas dalam bidang pendidikan saja. Melalui buku karangannya dan tulisan-tulisannya di Tahzib Al-Akhlaq ide-ide pembaharuan yang dicetuskan menarik perhatian golongan terpelajar Islam India. Penafsiran-penafsiran baru yang diberikannya terhadap ajaran-ajaran Islam lebih dapat diterima golongan terpelajar ini daripada tafsiran-tafsiran lama. Sayyid Ahmad Khan dilahirkan di Delhi tanggal 17 oktober 1817 dan menurut keterangan ahmad khan berasal dari keturunan Husain, cucu Nabi Muhammad melalui Fatimah bin Ali. Neneknya Sayyid Hadi, adalah pembesar istana dizaman Alamghir II (1754-1759).
Ia mendapat pendidikan tradisional dalam pengetahuan agama. Selain bahasa arab, ia juga belajar bahasa Persia dan sejarah. Ia orang yang rajin membaca dan selalu memperluas pengetahuan dengan menelaah berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sewaktu berusia 18 th, ia memasuki lapangan pekerjaan pada serikat India Timur. Kemudian bekerja sebagai hakim. Di tahun 1846, ia pulang kembali ke Delhi. Ia pulang kembali untuk meneruskan studi. Selain pekerjaan itu, ia juga amat cakap dalam menulis dan mengarang. Salah satu karyanya yang mengantarkan namanya menjadi terkenal adalah Ahtar Al-Sanadid.
Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat Islam India, dapat diwujudkan hanya dengan bekerja sama dengan Inggris. Inggris telah merupakan penguasa yang teruat di India dan menentang kekuasaan itu tidak akan membawa kebaikan bagi umat Islam India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindhu India.

Rumusan Masalah
Bagaimana riwayat hidup Sayyid Ahmad Khan?
Jelaskan ide-ide pemikiran Sayyid Ahmad Khan?
Apa saja pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan Sayyid Ahmad Khan?

Tujuan Masalah
Untuk mengetahui riwayat hidup Sayyid Ahmad Khan.
Untuk mengetahui ide-ide pemikiran Sayyid Ahmad Khan.
Untuk mengetahui pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan Sayyid Ahmad Khan?



PEMBAHASAN
1.      BIOGRAFI SIR SAYYID AHMAD KHAN 
Sir sayyid ahmad khan lahir di Delhi pada tahun 1817 M (1232 H) dan meninggal dunia pada 27 Maret 1898 M (1315 H) dalam usia 81 tahun, dari keluarga terpandang­­-sekalipun miskin yang memiliki hubungan kuat dengan pemerintahan mongol. Berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad melalui Fatimah dan Ali, oleh karena itu ia boleh memakai gelar sayyid. Neneknya, Sayyid Hadi, adalah pembesar istana di zaman Alamghir (1754-1759).[1] Dia dibesarkan dalam lingkungan tasawwuf. Di masa kecilnya, dia telah mempelajari al-Qur`an, bahasa arab dan persia. Akan tetapi, tidak lama kemudian ia membenci pelajaran tersebut dan meninggalkannya. Kemudian ia mempelajari matematika dan astronomi kepada salah seorang anggota keluarganya. Akan tetapi ia pun membenci pelajaran yang kedua seperti ia membenci pelajaran yang pertama. Akhirnya dia terputus belajar pada umur 18 tahun. Kehidupan remajanya penuh hura-hura, ia sering menghadiri pesta dansa dan lagu, yang tersebar di lingkungan pergaulannya.
Pada tahun 1837 sayyid ahmad khan bekerja kepada pemerintah Inggris sebagai sheristadar (pembaca). Bahadur shah, raja mughal terakhir, menawari jabatan seperti kakeknya dan akan memberi posisi tinggi di pengadilan, tetapi terganjal dengan menjelang runtuhnya kekuasaan Mughal, dia lebih memilih bekerja untuk Inggris.[2] Pada usia 22 tahun, peristiwa kematian ayahnya pada 1838 M membawa perubahan besar dalam hidupnya. Kenyataan ini berdampak sikologi dan financial terhadap keluarganya, akhirnya dia terpaksa  bekerja pada pemerintahan Inggris dibagian pengadilan meskipun keluarganya tidak menyetujuinya, karena di antara mereka masih ada perasaan anti Inggris. Tahun 1846 ia kembali ke Delhi untuk melanjutkan pendidikannya. Suatu ketika dia sadar, kemudian mulai mengubah dan memperbaiki kehidupannya. Dia mulai belajar lagi, kemudian mulai menyusun beberapa buku, antara lain tentang sirah nabawiyah dan tarikh.[3]

PERISTIWA PEMBERONTAKAN 1857
Malapetaka hebat yang melanda India, yaitu pemberontakan pada tahun 1857. Saat itu Inggris merupakan penguasa terkuat di India. Peristiwa tersebut bermula sebagai perlawanan terhadap akumulasi penghinaan pemerintahan Inggris. Warga Hindu dan Muslim yang direkrut dalam pasukan Inggris, yakni pasukan meerut, menolak penggunaan senjata dan peluru Enfield yang terbaru, sebab berkembang isu bahwasanya peluru tersebut dilapisi dengan minyak babi dan minyak sapi, dan mereka merasa bahwa ini adalah sebuah penghinaan terhadap agama lain. Namun, isu peluru itu sekedar sebuah simbol antagonisme politik dan kultural. Sebagian pihak beranggapan bahwa pemberontakan itu terjadi karena adanya sebuah keinginan masyarakat India untuk mendirikan sekolah pendidikan di India. Kebanyakan para negarawan menyetujui adanya pendidikan tingkat tinggi dan menganggapnya sebagai kewajiban pemerintah, sementara sebagian kecil diantara mereka bersikap menentang terhadapnya.[4]
Sementara itu, dikalangan umat Hindu timbul pula rasa tidak senang terhadap Inggris. Masyarakat Hindu merupakan masyarakat yang kuat mempertahankan agama dan tradisi. Inggris disamping urusan dagang, juga berusaha untuk menanamkan kebudayaan barat ke dalam masyarakat Hindu. Ini akan merusak tradisi dan mengubah struktur sosial yang ada pada waktu itu. Inggris juga membuka sekolah-sekolah yang didalamnya diajarkan bahasa Inggris dan ide-ide baru yang berasal dari Barat. Pendidikan Inggris ini merusak keyakinan pemuda Hindu.
Rasa tidak senang itu juga timbul dikalangan prajurit-prajurit Hindu yang menjadi tentara Inggris. Dengan golongan ini, pemuka-pemuka Gerakan Mujahidin mengadakan kontak dan sepakat untuk menentang Inggris. Selain itu, juga tercapai kesepekatan untuk mengaku Bahadur Syah, Raja Mughal di Delhi, sebagai Raja seluruh India. 
Pasukan Hindu yang berpusat di Meerut pada tanggal 10 mei 1857 mengangkat senjata melawan Inggris. Mereka membunuh perwira-perwira Inggris yang memimpin pasukan. Pada akhirnya Delhi dapat dikuasai dan mereka mengangkat Bahadur Syah sebagai raja India. Kemudian pada tahun 1857 pecahlah pemberontakan terhadap kekuasan Inggris.[5]
Pemberontakan mutiny tidak hanya melibatkan tentara India yang bekerja pada British East India Compaany, tetapi juga melibatkan kelas atasan Muslim dan Hindu di India tengah dan utara. Bagi kelas ini kerugian yang ditimbulkan oleh pemerintah Inggris semakin berat. Karena pihak Inggris terus menerus merusak wilayah penting di India, dan mengancam keberadaan aristokrasi lama india, Hindu dan Muslim, yang akan digantikan oleh pejabat-pejabat Inggris. Beberapa kebijakan Inggris juga menimbulkan pajak yang berat dan perampasan perkebunan. Dan hal penting lainnya adalah ancaman terhadap nilai-nilai kultral dan sosial India. Yaitu Inggris memperkenalkan bahasa Inggris dan pendidikan barat. Pandangan Inggris terhadap poligami, perbudakan, dan kebebasan wanita; perlawanan Inggris terhadap sistem kasta, dan terhadap beberapa praktek agama Islam dan Hindu; campur tangan Inggris terhadap pelaksanaan hukum Muslim, dan akhirnya semakin gencarnya penyebaran agama kristen oleh para missionaris. Semua ini megancam martabat, pola kehidupan suci, dan kepentingan politik dan ekonomi kalangan elite India.[6]
Namun pemberontakan ini mengalami kegagalan, pemuka-pemukanya ditangkap dan dibuang. Walaupun golongan Hindu yang memulai pemberontakan, Inggris menuduh golongan islamlah yang menjadi penggerak utama. Dalam pemberontakan tersebut, kaum Mujahidin memang turut menjadi penggerak bagian. Inggris mengajukan bukti dengan turut sertanya Bahadur Syah dan pemimpin-pemimpin Islam dari Kerajaan Islam oudh dan gerakan Mujahidin dalam pemberontakan tersebut.
Sebagai lanjutan tuduhan Inggris terhadap golongan Islam. Akibat pukulan yang digencarkan  oleh Inggris, hancurnya gedung-gedung indah Kerajaan Mughal, dan diusirnya penduduk-penduduk Delhi sehingga mulai saat itu Kerajaan Mughal yang menjadi kebanggaan orang Islam India tinggal kenangan saja. Dalam penghancuran itu gerakan mujahidin ikut dilenyapkan, namun ide-ide pemikirannya tetap ada dihati orang-orang yang menghendaki kejayaan Islam di India.[7]
Di masa “pemberontakan 1857” (perang pembebasan) Sayyid ahmad Khan menyelamatkan beberapa ratus warga Inggris yang terancam pembantaian. Semua orang asing gelisah dengan terjadinya pemberontakan, dan segera mengungsi dan berkumpul di Bungalow. Tak lama kemudian, gerombolan orang yang dipimpin oleh Nawab Mahmud Khan datang dan mengepungnya dan mengancam orang-orang Inggris disana.
            Situasi semakin tegang dan akhirnya sayyid ahmad khan maju, mempertaruhkan nyawanya menghadapi gerombolan orang yang sukar dikendalikan. Meminta mereka tidak membunuh warga Ingris. Dan dia berhasil mengevakuasi dan mengantar mereka dengan selamat ke Meerut dalam kegelapan malam.[8]
Pihak Inggris menganggap ia telah banyak berjasa bagi mereka dan ingin membalas jasanya, tetapi hadiah yang dianugerahkan Inggris, seperti properti ditanah rampasan dari tuan tanah Muslim, ia tolak. Gelar sir yang kemudian diberikan kepadanya dapat ia terima. Hubungannya dengan pihak Inggris menjadi baik dan ini ia pergunakan untuk kepentingan umat Islam India. Dan ia berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa dalam pemberontakan 1857, umat Islam tidak memainkan peranan utama. Untuk itu ia keluarkan pamfet yang bermaksud untuk menjelaskan tentang hal-hal yang membawa terjadinya pemberontakan 1857.
Diantara sebab-sebab yang ia sebut adalah :
1.      Intervensi Inggris dalam soal keagamaan, seperti pendidikan agama kristen yang diberikan kepada yatim piatu di panti-panti yang diasuh oleh Inggris, pembentukan sekolah-sekolah misi Kristen, dan penghapusan pendidikan agama dari perguruan-perguruan tinggi.
2.      Tidak turut sertanya orang-orang india, baik Islam maupun Hindu dalam lembaga-lembaga perwakilan rakyat. Hal ini berdampak:
a.       Rakyat India tidak mengetahui tujuan dan niat Inggris, mereka anggap Inggris datang untuk merubah agama mereka menjadi Kristen.
b.      Pemerintah Inggris tidak  mengetahui keluhan-keluhan rakyat India.
3.      Pemerintah Inggris tidak mengikat tali persahabatan dengan rakyat India. Sikap tidak menghormati dan tidak menghargai rakyat India membawa akibat yang tidak baik.
Atas usaha-usahanya dan atas sikap setia yang ia tunjukkan terhadapa Inggris, Sayyid Ahmad Khan berhasil dalam merubah pandangan Inggris terhadap umat Islam India. Dan kepada umat Islam ia anjurkan supaya jangan mengambil sikap melawan, tetapi sikap berteman dan bersahabat dengan Inggris. Cita-citanya untuk manjalin hubungan baik antara umat Islam dan Inggris, agar umat islam dapat ditolong dari kemundurannya.[9]

A.     Gagasan pembaharuan Ahmad Khan
1.       Sayyid Ahmad Khan melihat bahwa kemunduran umat Islam India karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban Islam klasik telah hilang dan telah timbul peradaban baru di barat. Dasar peradaban baru ini adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. dan inilah yang menjadi sebab utama bagi kemajuan dan kekuatan orang barat.
2.      Dasar ketinggian dan kekuatan Barat, termasuk didalamnya Inggris, ialah ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Untuk dapat maju, umat Islam harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi itu. Jalan yang harus diambil umat Islam bukanlah bekerja sama dengan Hindu dalam menentang Inggris tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris.[10]

B.     Pemikiran sayyid ahmad khan dalam keagamaan
Sayyid Ahmad Khan adalah orang pertama di India baru yang menyatakan pentingnya suatu penafsiran yang bebas, baru dan maju. Ia tidak hanya sebagai pembangkit kecenderungan modernisme, tetapi sekaligus sebagai contoh yang sempurna bagi modernisme. Orang-orang yang datang setelahnya tidak menambahkan sesuatu yang baru, bahkan hanya mengulangi pemikirannya dengan bentuk yang sama atau berlainan. Pemikirannya berdiri diatas asas taqlid terhadap peradaban barat dan prinsip-prinsip materinya, mengambil ilmu pengetahuan modern dengan seluruh isi dan landasannya, lalu menafsirkan Islam serta al-Qur`an menggunakan tafsiran peradaban dan ilmu pengetahuan modern di akhir abad ke-19 M. Tafsiran tersebut mengikuti kehendak hawa nafsu, pemikiran dan presepsi orang-orang Barat, serta meremehkan perkara-perkara ghaib yang tidak terjangkau oleh indera, eksperimen, maupun ilmu alam (fisika).[11] Adapun pemikiran-pemikiran agamanya adalah sebagai berikut:
1.      Sistem perkawinan dalam Islam adalah sistem monogami, dan bukan sistem poligami sebagaimana dijelaskan oleh ulama-ulama di zaman itu. Poligami tidak dianjurkan tapi diperbolehkan dalam kasus-kasus tertentu.
2.      Hukum pemotongan bagi pencuri bukan suatu hukum yang wajib dijalankan, tetapi merupakan hukuman maksimal yang dijalankan dalam keadaan tertentu. Selain hukuman potong masih ada hukum penjara bagi pencuri.[12]
3.      lemparan batu serta cambukan 100 kali bagi pezina hanya sesuai dengan masyarakat primitive yang kekurangan tempat penjara atau tidak mempunyai penjara.
4.      Kemudian tujuan sebenarnya dari doa ialah merasakan kehadiran Tuhan, maksudnya doa diperlukan untuk urusan spritual dan ketentraman jiwa. Ia menolak pemahaman bahwa doa untuk meminta sesuatu dari Tuhan dan Tuhan akan mengabulkan permintaan itu. Bahkan ia menjelaskan bahwa kebanyakan doa tidak pernah dikabulkan Tuhan.
  1. Bank Modern, transaksi perdagangan, pinjaman serta perdagangan internasional yang meliputi ekonomi modern, meskipun semua itu mencakup pembayaran bunga, tidaklah dianggap riba, karena hal itu tidak bertentangan dengan hukum al-Qur’an.
6.      Sayyid ahmad khan percaya pada kekuatan dan kebebasan akal, sunggguh pun mempunyai batas, ia percaya pada kebebasan dan kemerdekaan manusia dalam menentukan kehendak dan melakukan perbuatan. Dalam kata lain ia memiliki paham qadariyah (free will and free act)dan bukan paham jabariah atau fatalisme. Manusia, demikian pendapatnya, dianugerahi Tuhan daya-daya. Diantaranya daya berpikir, yang disebut akal, dan daya fisik untuk melakukan kehendaknya. Manusia mempunyai kebebasan untuk mempergunakan daya-daya yang diberikan Tuhan kepadanya itu.
Bahkan ia menolak paham taqlid dan tidak segan-segan menyerang paham ini. Menurutnya, sumber ajaran Islam hanyalah al-Qur`an dan Hadis. Pendapat ulama dimasa lampau sudah tidak sesuai lagi dengan zaman modern karena sudah banyak perubahan pada     perubahan ini. Dalam mengadakan ijtihad, ijmak dan qiyas baginya bukan sumber ajaran Islam yang bersifat absolute. Hadis juga tidak semuanya dapat ia terima, karena ada hadis buat-buatan. Hadis dapat ia terima sebagai sumber kecuali setelah diadakan penelitiannya yang seksama tentang keasliannya.
Inilah pokok-pokok pemikiran sayyid ahmad khan mengenai pembaharuan dalam Islam. Ide-ide yang dikemukakannya banyak persamaannya dengan  Muhammad Abduh di Mesir. Kedua pemuka pembaharu ini sama-sama memberi pengahargaan tinggi pada akal manusia, sama-sama menganut paham qadariah, sama-sama percaya kepada hukum alam ciptaan Tuhan, sama-sama menentang taklid dan sama-sama membuka pintu ijtihad yang dianggap tertutup oleh umat Islam pada umumnya pada waktu itu. Karena kuat kepercayaannya pada hukum alam dan kerasnya ia mempertahankan konsep hukum alam, ia dianggap kafir oleh golongan Islam yang belum dapat menerima ide diatas.   


KESIMPULAN

Perhatian Sayyid Ahmad Khan terhadap pendidikan umat Islam memang besar, tetapi pengaruhnya tidak terbatas dalam bidang pendidikan saja. Melalui buku karangannya dan tulisan-tulisannya di Tahzib Al-Akhlaq ide-ide pembaharuan yang dicetuskan menarik perhatian golongan terpelajar Islam India. Penafsiran-penafsiran baru yang diberikannya terhadap ajaran-ajaran Islam lebih dapat diterima golongan terpelajar ini daripada tafsiran-tafsiran lama.

Yang menjadi dasar bagi sistem perkawinan dalam Islam, menurutnya pendapat, adalah sistem monogami, dan bukan sistem poligami sebagaimana dijelaskan oleh ulama-ulama di zaman itu. Poligami tidak dianjurkan tetapi dibolehkan dalam kasus-kasus tertentu. Hukum pemotongan tangan bagi pencuri bukan suatu hukum yang wajib dijalankan, tetapi hanya merupakan hukum maksimal yang dijatuhkan dalam keadaan tertentu. Di samping hukum potong tangan terdapat hukum penjara bagi pencuri.




DAFTAR PUSTAKA

1. Nasution, Harun. 2014. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang.
2. Haque, M. Atiqul. 2007. 100 Pahlawan Muslim yang Mengubah Dunia. Jogjakarta: Diglossi.
3. Sa’id,Busthami Muhammad. 1995. Gerakan pembaruan Agama antara Modernisasi dan Tajdiduddin. Bekasi: PT Wacanalazuardi Amanah.
4. Rais, Dr. M. Amin. 1995. Islam dan Pembaharuan Ensiklopedia Masalah-masalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
5. Syaukani, Ahmad. 1997. Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam. Bandung: Pustaka Setia.
6. Lapidus,Ira. M. 1999. Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta: : PT RajaGrafindo Persada.



[1] Harun Nasution, pembaharuan dalam islam sejarah pemikiran dan gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 2014), h.158
[2] M. Atiqul Haque, 100 pahlawan muslim yang mengubah dunia, jogjakarta: Diglossi, 2007), H.I73
[3]  Busthami Muhammad Sa’id, Gerakan pembaruan Agama antara Modernisasi dan Tajdiduddin, (Bekasi: PT Wacanalazuardi Amanah, 1995), h.129
[4] Dr. M. Amin Rais, islam dan pembaharuan Ensiklopedia Masalah-masalah, (jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995), h.55
[5] Ahmad Syaukani, Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 67
[6] Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: : PT RajaGrafindo Persada, 1999), h.268
[7] Ahmad Syaukani, Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam, (Bandung, Pustaka Setia: 1997), h. 68
[8] M. Atiqul Haque, 100 pahlawan muslim yang mengubah dunia, (Jogjakarta: Diglossia, 2007), h.172
[9] Harun Nasution, pembaharuan dalam islam sejarah pemikiran dan gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h.167
[10] Harun Nasution, pembaharuan dalam islam sejarah pemikiran dan gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 2014), h.159
[11] Busthami Muhammad Sa’id, Gerakan pembaruan Agama antara Modernisasi dan Tajdiduddin, (Bekasi: PT Wacanalazuardi Amanah, 1995), h.128
[12] Harun Nasution, pembaharuan dalam islam sejarah pemikiran dan gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h.171

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH TAFSIR KLASIK ( At Tibyan fi Tafsir Al Quran ) ( karya At Thusi )

PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Tafsir menurut bahasan merupakan bentuk masdar dari fassara – yufassir – tafsiran yang berarti menjel...