Senin, 08 Januari 2018

Tafsir Ali Imran 60-69

 الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُنْ مِنَ الْمُمْتَرِينَ (60)
(Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu.
الْحَقُّ               : Kebenaran                 
 فَلَا تَكُنْ            : Maka Janganlah kamu
مِنْ رَبِّك           : Dari Tuhanmu             
مِنَ الْمُمْتَرِينَ        : orang-orang yang ragu

Dimaksud dengan Itulah yang benar yang datang dari Tuhan adalah bahwa apa yang telah diberitakan Allah kepada Nabi Muhammad saw, tentang Nabi Isa dan Maryam itulah yang benar bukan  seperti apa yang telah dikatakan oleh orang-orang Nasrani bahwa Al Masih itu adalah putra Tuhan; dan bukan pula seperti anggapan orang-orang Yahudi bahwa Nabi Isa itu hasil perzinaan antara Maryam dengan Yusuf An Najar. Dengan demikian orang-orang Islam telah mendapat pengetahuan yang meyakinkan mengenai Isa dan Maryam itu tidak boleh ragu-ragu lagi.
Larangan ini ditujukan kepada Nabi Muhammad saw, padahal tidak mungkin terjadi Nabi Muhammad akan bersifat ragu-ragu terhadap ayat Allah. Hal ini mempunyai dua pengertian:
1.Bahwasanya Nabi Muhammad saw, pada saat mendengar ayat ini bertambahlah keyakinannya dan ia merasa puas dengan keyakinannya itu.
2.Kalau Nabi Muhammad saw, yang mempunyai kedudukan yang tinggi dilarang ragu-ragu terhadap kebenaran kisah itu, maka umatnya lebih diIarang lagi.

Munasabah Ayat:
Dalam ayat ini terdapat peneguhan dan penenteraman hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari ayat ini diambil sebuah prinsip, bahwa perkara yang ditegaskan oleh dalil-dalil bahwa hal itu adalah hak (benar) dan meyakinkan hamba baik terkait dengan masalah ‘aqidah maupun lainnya, maka wajib diyakini bahwa selain itu adalah batil, dan bahwa semua syubhat yang datang kepadanya adalah fasid (rusak), baik hamba tersebut sanggup menolak syubhat itu maupun tidak. Dengan prinsip ini, semua kemusykilan yang dilontarkan oleh ahli kalam dan ahli mantiq dapat tersingkirkan, kalau pun seseorang hendak membantah, maka hal itu merupakan kerelaan menambah amalan. Kalau pun tidak membantah, maka tugasnya adalah menerangkan kebenaran dengan dalil-dalilnya dan berdakwah kepadanya.


فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَتَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ (61)
Siapa yang membantahmu[1] tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.
فَمَنْ حَاجَّكَ        :Maka siapa yang membantahmu
ثُمَّ نَبْتَهِلْ             :Kemudian kita bermubahalah[2]
تَعَالَوْا نَدْعُ           :Marilah kita memanggil
عَلَى الْكَاذِبِينَ      :Atas orang-orang yang dusta

Dalam sejarah disebutkan pada tahun kesepuluh hijriah, Rasul Saw mengutus satu tim ke Madinah dengan misi menyampaikan Islam ke daerah Najran. Mereka berdialog mengenai Isa as dan tak bersedia menerima kebenaran, sehingga Tuhan memerintahkan Rasulullah Saw untuk melakukan mubahalah (sumpah). Oleh karena itu, Rasul berkata kepada kumpulan Kristen itu, "Kalian bawalah anak-anak, wanita-wanita dan kerabat kalian, kamipun akan membawa anak-anak serta wanita-wanita dan kerabat kami, lalu kita berkumpul di suatu tempat, bersimpuh dan bermunajat ke hadirat Tuhan, kita minta darinya, siapa di antara kita yang sesat, hendaknya dijauhkan dari rahmat-Nya dan dikenakan siksa atau hukuman.
Kaum Kristen Najran yang mendengar usulan ini meminta waktu untuk bermusyawarah tentang tawaran ini. Para pemuka dan tokoh Kristen berkata, "Terimalah usulan itu, namun jika kalian saksikan nanti Muhammad tidak membawa orang-orang banyak, melainkan disertai beberapa orang saja dari orang-orang yang dicintainya, maka jangan diteruskan dan berkompromilah dengan Muhammad."
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Kelompok Kristen yang  melihat Rasul hanya membawa empat orang yakni putrinya Fatimah az Zahra, menantunya Ali Bin Abi Thalib, dan dua cucunya Hasan dan Husein. Salah seorang dari mereka berkata, "Aku menyaksikan wajah-wajah yang apabila mengangkat tangan berdoa, gunung akan tercabut dan jika mereka mengutuk kami, maka tak seorangpun dari kami yang akan selamat, dari itulah, kami mundur dari mubahalah."
            Ajakan Nabi saw untuk bermubahalah itu menunjukkan adanya keyakinan yang penuh terhadap kebenaran apa yang beliau katakan, sebaliknya keengganan orang-orang yang diajak untuk bermubahalah menunjukkan alasan dan kepalsuan kepercayan mereka.
Di dalam ayat ini terdapat suatu pelajaran bahwa wanita harus diikut sertakan untuk turut bersama-sama lelaki menghadapi persoalan yang penting. Hal ini menunjukkan kelebihan agama Islam dari agama lain. Juga terdapat suatu petunjuk bahwa menurut ajaran Islam, para wanita sama hak dan kewajibannya dengan laki-laki dalam berbagai urusan.

Dari ayat tadi terdapat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Pertanyaan harus dijawab dengan argumentasi yang logis, namun mereka yang keras kepala dan membangkang tidak akan punya jawaban melainkan kemurkaan dan laknat TuhanNya. Orang-orang yang selalu mencari alasan berarti mereka sedang menunggu hukuman Tuhan.
2. Jika kita meyakini agama Allah, maka kita harus berdiri tegak dan hendaknya kita ketahui bahwa pihak musuh akan mundur karena kebatilannya.
3. Meminta bantuan dari gaib (Tuhan) saatnya adalah setelah berikhtiar. Rasul pada awalnya melakukan tabligh dan dialog, baru setelah itu memasuki tahap doa dan mubahalah.

 إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا اللَّهُ وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (62)
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ  :Sungguh ini kisah yang benar
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ       : Maha Perkasa dan Bijaksana
           
Allah menjelaskan bahwa kisah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, tentang Nabi Isa itu, itulah yang benar, bukan pendapat orang-orang Nasrani dan bukan pula pendapat orang-orang Yahudi. Selanjutnya ditegaskan bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan AIlah karena Allah-lah yang menciptakan segala sesuatu dan tak satupun yang dapat menyamai-Nya. Di dalam ayat ini jelas terdapat suatu bantahan terhadap orang Nasrani yang mengatakan bahwa Allah itu salah satu dari oknum yang ketiga.
Pada ayat yang lain Allah berfirman:
    لقد كفر الذين قالوا إن الله ثالث ثلاثة
Artinya:
    Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga." (Q.S Al Ma'idah: 73)

Kemudian Allah SWT menegaskan lagi bahwa Allah-lah yang Maha Perkasa Yang Maha Bijaksana, tak ada yang dapat menandingi-Nya.

 فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِالْمُفْسِدِينَ (63)
Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.
فَإِنْ تَوَلَّوْا             : Maka jika mereka berpaling
عَلِيمٌ بِالْمُفْسِدِينَ  : Maha mengetahui terhadap orang-orang yang berbuat kerusakan

Setelah kejadian mubahalah, Allah Swt berfirman kepada Nabi-Nya, "Apa yang telah Kami turunkan berkenaan dengan Isa al-Masih kepadamu merupakan kisah benar kehidupan beliau yang hanya diketahui oleh Allah Swt. Dan apa yang dikira oleh masyarakat bahwasanya beliau adalah anak Allah, tidak lebih dari sekedar kebohongan. Karena Tuhan adalah satu dan tidak ada sesembahan selain-Nya. Maka orang yang menolak kebenaran, hendaklah mengetahui bahwa Tuhan mengetahui perbuatan mereka dan berkuasa untuk menghukum mereka.

Pada prinsipnya, kisah-kisah yang populer di kalangan masyarakat tidaklah keluar dari dua keadaan. Boleh jadi roman dan cerita fiktif yang sama sekali tidak benar dan produk imajinasi seorang penulis cerita atau ditulis berdasarkan sejarah kaum-kaum silam, namun kebenaran dan kebohongan telah diaduk dan telah dimasuki khurafat.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Sekiranya al-Quran tidak ada, niscaya sosok Isa al-Masih dan banyak lagi nabi serta kaum terdahulu tidak jelas bagi kita.

2. Menentang kebenaran merupakan contoh dari kerusakan yang menyeret seseorang dan juga masyarakat kepada kesesatan.

3. Jika kita perhatikan, semua tindak-tanduk kita diawasi oleh Tuhan , maka hendaknya kita waspada akan tindak-tanduk kita sendiri.


 قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ (64)
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan)[3] yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ     : Wahai ahli kitab                      
وَلَا يَتَّخِذَ            :Dan tidak menjadikan
أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ   : Bahwa tidaklah kami menyembah
أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ :Tuhan-tuhan dari selain Allah selain Allah

Al-Quran dalam ayat-ayat sebelumnya, pada tahap awal mengajak kaum Kristen untuk menerima Islam berdasarkan argumentasi dan logika. Namun karena mereka menolak, mereka ditantang mubahalah, tetapi mereka tidak bersedia. Dalam ayat ini, Allah Swt berfirman kepada Rasul-Nya, "Katakanlah kepada mereka, jika mereka tidak bersedia menerima Islam, paling tidak datanglah dan kita bersatu atas dasar ideologi dan pemikiran yang sama antara satu dengan lain dan kita tegak berdiri di hadapan syirik dan kekufuran. Meskipun kalian meyakini Trinitas, namun di dalamnya, kalian tidak menyaksikan adanya perbedaan dengan tauhid, dari itulah, kalian meyakini keesaan atau kesatuan dalam tatslist(tiga), maka datanglah, kita temukan persatuan atas tauhid sebagai satu dasar kolektif dan kita murnikan hal itu dari penafsiran-penafsiran yang salah yang hasilnya adalah kesyirikan.

Sebagian cendikiawan Kristen menukar halal dan haram dari pikirannya sendiri, padahal perbuatan ini hanyalah hak Allah. Oleh karenanya al-Quran menyebutkan, "Janganlah kalian mengikuti orang-orang semacam ini, dimana mereka memandang diri mereka sebagai sekutu Allah dalam menetapkan peraturan."

Akhir atau penutupan ayat ditujukan kepada Muslimin, Allah Swt berfirman, "Jika kalian menyeru Ahlul Kitab untuk bersatu, namun mereka membantah, maka janganlah kalian ngeri dan lemah untuk melanjutkan jalan itu dan nyatakanlah dengan tegas, bahwa kami hanya tunduk kepada Allah, berpalingnya kalian dari agama sama sekali tidak ada pengaruhnya kepada Kami.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Al-Quran mengajak kita kepada persatuan dengan Ahlul Kitab dengan memandang sisi kesamaan. Maka setiap perbedaan yang memecahbelah di kalangan Muslimin, adalah suatu hal yang bertentangan dengan al-Quran dan Islam.

2. Semua manusia adalah setara dengan lainnya dan tak seorangpun yang berhak menguasai lainnya, melainkan dengan perintah Tuhan.

3. Kaum Muslimin harus mengajak kaum Kristen agar masuk Islam dan kalau mereka tidak dapat mencapai semua tujuan di jalan ini, hendaknya mereka tidak berputus asa dalam usaha untuk menggapai sebagian dari tujuan itu.

 يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تُحَاجُّونَ فِي إِبْرَاهِيمَ وَمَا أُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ وَالْإِنْجِيلُ إِلَّا مِنْ بَعْدِهِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (65)[4]
Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah-membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir?
لِمَ تُحَاجُّونَ                : Mengapa kalian bantah-membantah
أُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ وَالْإِنْجِيلُ : Diturunkan Taurat dan Injil

Allah Ta'ala mengingkari orang-orang Yahudi dan Nasrani yang saling berbantah-bantahan diantara mereka mengenai Ibrahim serta pengakuan setiap kelompok dari mereka bahwa Ibrahim  adalah dari golongan mereka, sebagaimana Muhammad bin 'Ishaq bin Yasar mengatakan dari Ibnu 'Ábbas , ia berkata,"Orang-orang Nasrani Najran dan para pendeta Yahudi berkumpul di tempat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam , lalu mereka saling bertengkar dihadapan beliau. Para pendeta Yahudi itu berkata,"Ibrahim itu tiada lain adalah seorang Yahudi". Sedang orang Nasrani berkata,"Ibrahim itu tidak lain adalah seorang Nasrani"

Maka Allah menurunkan ayat ini ," Hai Ahlul Kitab, mengapa kamu bantah membantah tentang hal Ibrahim?" maksudnya hai orang Yahudi, bagaimana mungkin kalian mengakuinya bahwa Ibrahim seorang Yahudi, padahal zaman itu sebelum Allah menurunkan Taurat kepada Musa alaihi salam, dan bagaimana mungkin hai orang-orang Nasrani, kalian mengakuinya bahwa ia seorang Nasrani, padahal agama Nasrani itu adalah setelah masanya Ibrahim berlalu.

 هَا أَنْتُمْ هَؤُلَاءِ حَاجَجْتُمْ فِيمَا لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ فَلِمَ تُحَاجُّونَ فِيمَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (66)
Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah-membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui?; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.
هَا أَنْتُمْ               : Baginilah kalian
فَلِمَ تُحَاجُّونَ         : Kenapa kalian bantah-membantah

Hal ini merupakan penolakan terhadap orang-orang yang berbantah-bantahan mengenai suatu hal yang sama sekali tidak mereka ketahui. Karena sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani itu berbantah-bantahan mengenai Ibrahim tanpa didasari pengetahuan. Sekiranya mereka memperdebatkan mengenai sesuatu yang ada pada mereka yang mereka ketahui, seperti yang berkenaan dengan agama mereka yang telah disyari’atkan bagi mereka sampai pada pengutusan Muhammad, tentu yang demikian itu akan lebih baik bagi mereka. Namun sayangnya mereka memperdebatkan sesuatu yang mereka tidak mengetahui.

Oleh karena itu, Allah mengingkari apa yang mereka lakukan tersebut serta memerintahkan mereka untuk menyerahkan apa yang mereka tidak ketahui itu kepada Allah yang Mahamengetahui semua hal yang ghaib dan yang nyata, yang mengetahui segala sesuatu dengan sebenar-benarnya dan sejelas-jelasnya. Untuk itu Dia berfirman:
وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ  “Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”


مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (67)
Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus[5] lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.
حَنِيفًا     : Seorang yang berserah diri
مُسْلِمًا    : Berserah diri

Ayat yang lalu baru mengecam kebodohan dan perbantahan mereka, maka ayat ini membantah kebohongan mereka, Nabi Ibrahim bukan seorang Yahudi sebagaimana diakui oleh orang-orang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, seperti diakui orang Nasrani, dengan dalil seperti yang telah dikemukakan, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri kepada Allah dan juga sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik, yang dapat diduga oleh orang-orang musyrik Mekkah yang mengaku mengikuti agama beliau. Ajaran Nabi Ibrahim AS, adalah hanif, tidak bengkok, tidak memihak kepada pandangan hidup orang-orang Yahudi, tidak juga mengarah kepada agama Nasrani yang penganut-penganutnya juga mengajak kaum muslimin untuk memeluk agama mereka.[6]

 إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ (68)
Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman.
لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ        : orang-orang yang mengikutinya
أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ : orang yang paling dekat

Ayat ini memperkenalkan Ibrahim  as  sebagai pencari kebenaran dan jauh dari segala bentuk syirik dan penyembahan berhala serta hanya pasrah kepada Tuhan. Ibrahim menasihatkan, "Wahai pengikut Musa dan Isa, dari pada kalian bersikap fanatik terhadap agama kalian. Sebaiknya kalian mencari kebenaran dan pasrah kepada Tuhan. Puncak atau Sumber perpecahan dan perselisihan kalian adalah egoisme bukannya penyembahan Tuhan yang Esa.  Ketahuilah bahwa penyembahan diri adalah perbuatan syirik yang paling parah di mata Allah Swt."
Jika kalian ingin dekat dengan Nabi Ibrahim as, tapi dengan cara  menyalahgunakan popularitas beliau, maka ketahuilah bahwa kesetiaan pada agama tidak dapat dibuktikan hanya dengan lisan dan pengakuan.  Orang yang terdekat dengan Nabi Ibrahim as adalah orang yang mengikuti jalan beliau yang terpuji dan menunjukkan  kesetiaannya itu dalam praktik.

 وَدَّتْ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يُضِلُّونَكُمْ وَمَا يُضِلُّونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (69)
Segolongan dari Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya.
وَدَّتْ                 : Menginginkan
طَائِفَةٌ                 : Segolongan
لَوْ يُضِلُّونَكُمْ        : Sekiranya mereka dapat menyesatkan kalian

            Di zaman Rasulullah s.a.w. mereka telah mencoba hendak menyesatkan kaum yang beriman dengan berbagai usaha, akhirnya mereka telah menuju keruntuhan sendiri dengan perbuatan mereka. Di zaman-zaman seterusnyapun demikian pula; kerapkali kejadian, karena maksud hendak menyesatkan kaum Muslimin dari ajaran agama mereka, mereka telah menyesatkan diri sendiri dengan tidak merasa. Yaitu mereka telah tersesat dari kejujuran kepada kedustaan.
Setelah ahli tafsir meriwayatkan bahwa orang-orang Yahudi pernah membujuk tiga orang sahabat yang terkemuka, yaitu Mu'az bin Jabal dan Huzaifah bin al-Yaman dan Ammar bin Yasir bercakap-cakap secara halus, mempropagandakan kepada mereka keindahan agama Yahudi dan kelemahan Islam. rupanya mereka sangka ketiga sahabat yang terkenal itu bodoh, sebagai kebanyakan orang Arab jahiliyah sebelum datang Islam, yang kecerdasan mereka itu lebih rendah dari kecerdasan umumnya orang Yahudi.
Keinginan orang-orang Yahudi itu tidak berhasil, melainkan sebaliknya. Ialah bahwa merekalah yang terus sesat, bukan sahabat Rasulullah saw yang dipropagandai itu. Hal seperti kerapkali juga kejadian di zaman sekarang; beberapa propagandis Kristen keluar masuk rumah orang Islam, hendak mengajak orang Islam memeluk agama yang mereka peluk.
Kerapkali kejadian bahwa mereka pulang dengan tangan hampa atau lekas lari meninggalkan tempat itu, sebab takut akan terganggu kepercayaannya sendiri oleh kuatnya hujjah orang Islam tadi membatalkan agamanya. Mereka terpaksa mempertahankan kesesatan mereka itu, sebab mereka adalah memegang disiplin dari yang mengutusnya mengadakan propaganda. Dan hidup mereka (gaji) bergantung kepada kegiatan mereka. Dan bukan orang yang dipropagandainya yang sesat, mel0ainkan dia sendiri yang terus dalam kesesatan.



[1] Yakni setelah kamu menyampaikan bukti-bukti yang jelas yang menerangkan bahwa Isa adalah hamba Allah, bukan tuhan, namun ternyata ia tetap membantahmu, maka mendebatnya lagi tidak ada faedah. Oleh karena itu, ajaklah mereka bermubahalah (saling berdo’a menimpakan laknat kepada yang berdusta).
[2] Mubahalah ialah masing-masing pihak diantara orang-orang yang berbeda pendapat mendo'a kepada Allah dengan bersungguh-sungguh, agar Allah menjatuhkan la'nat kepada pihak yang berdusta. Nabi mengajak utusan Nasrani Najran bermubahalah tetapi mereka tidak berani dan ini menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW
[3] Kalimat ini merupakan kalimat yang disepakati oleh para nabi dan rasul, dan tidak ada yang menyelisihinya selain orang yang keras kepala dan sesat. Kalimat tersebut bukanlah kalimat yang khusus bagi pihak tertentu, bahkan semua juga harus memilikinya. Hal ini merupakan sikap adil dalam berbicara dan inshaf dalam berdebat. Kalimat tersebut adalah kalimat Laailaahaillallah sebagaimana yang diterangkan pada kalimat selanjutnya.
[4] Orang Yahudi dan Nasrani masing-masing menganggap Ibrahim a.s. itu dari golongannya. Lalu Allah membantah mereka dengan alasan bahwa Ibrahim a.s. itu datang sebelum mereka
[5] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan. (Hanifan artinya berpaling dari kemusyrikan, menuju kepada iman)
[6] M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah ,(Jakarta: Lentera Hati, 2002) hal.118

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH TAFSIR KLASIK ( At Tibyan fi Tafsir Al Quran ) ( karya At Thusi )

PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Tafsir menurut bahasan merupakan bentuk masdar dari fassara – yufassir – tafsiran yang berarti menjel...